BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari
lidah bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum
(palatum keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal,’alveolar
ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang
membatasi rongga mulut (Yousem et al., 1998).
Rongga mulut yang disebut juga
rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatem keras, palatum lunak,
dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga
mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan
pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari
epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang
menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun diantara kulit dan membran
mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir (Tortora
et al., 2009).
Maxilla ( Rahang atas ) merupakan tulang yang terbesar dari
muka kita. Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang melekat satu
sama lain. Sedangkan mandibula ( Rahang bawah ) adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang
paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu–satunya tulang pada tengkorak
yang dapat bergerak. Mandibula dapat di tekan dan di angkat pada waktu membuka
dan menutup mulut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Anatomi
Mulut
1. Pengertian
Mulut
Mulut
adalah salah satu anggota tubuh yang ada di wajah dimana terdapat bagian-bagian
lagi di dalamnya. Gigi dan lidah adalah bagian terpenting yang ada di dalam
mulut yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Mulut merupakan
bagian pertama dari sistem pencernaan
dan merupakan bagian tambahan dari sitem pernapasan. Selain itu, ada pula
saliva untuk membersikan mulut secara mekanis.
Mulut juga merupakan rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan.
Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibuka, yaitu
ruang di antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu
rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua
gigi, dan di sebelah belakang bersambung dengan awal faring.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh
kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
Ada beberapa bagian yang perlu
diketahui, yaitu:
1. Palatum
a. Palatum durum yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris. Palatum durum adalah
suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya mempunyai
lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae. (Swartz, 1989)
b. Palatum mole terletak dibelakang
yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan
fibrosa dan selaput lendir. Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muscular
di sebelah posterior palatum durum. Tepi posterior berakhir pada uvula.
Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan. Gigi-geligi dan tulang
palatum
a.
Bagian gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya memotong dan
gigi posterior yang tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah
dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Proses mengunyah di
kontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasi retikularis dekat
pusat batang otak untuk pengecapan dapat
menimbulkan pergerakan mengunyah secara
ritmis dan kontinu. Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan
semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah
karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara
bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan sebelum dapat digunakan.
b.
Tulang Alveolar.
Tulang
alveolar terdiri atas tulang spons di antara dua lapis tulang kortikal.
Pembuluh darah dan saraf gigi menembus tulang alveolar ke foramen apical untuk
memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber
kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya
gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorbsi nyata dari
tulang alveolar.
c.
Gingiva.
Gingiva
adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga mulut dan melipat di
atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi, ia menyatu dengan
tepian bawah lapis merah muda yang lebih kuat yang disebut gusi atau gingiva,
yang merupakan bagian membrane mukosa yang terikat erat pada periosteum Krista
tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis gepeng dengan banyak papilla
jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin, tetapi dalam
lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum granulosum dan sel-sel gepeng
lapis superfisialnya tetap berinti piknotik.
d.
Ligamentum Periodontal.
Akar
gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membrane
periodontal atau ligament periodontal di antara sementum dan tulang alveolar di
sekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring ke atas dari sementum kemuda yang
lebih kuat yang disebut gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane
mukosa yang terikat erat tulang hingga tekanan pada gigi menekan serat-serat yang
tertanam dalam tulang. Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih
memungkinkan sedikit gerak.
e. Pulpa.
Pulpa, yang memenuhi rongga gigi,
berasal dari jaringan yang membentuk papilla dentis selama perkembangan
embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa melalui foramen apical dan cabang
kapilernya pecah dekat dasar odontoblas dan sebagian terdapat diantaranya. Mereka
ini berlanjut ke dalam vena kecil yang letaknya lebih ke pusat pulpa.
f. Lidah.
Lidah manusia sebenarnya dibentuk
oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu otot-otot yang hanya
terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot ekstrinsik yang salah satu
ujungnya mempunyai perlekatan di luar lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di
dasar mulut dan tulang lidah. Otot intrinsik mempunyai serat lebih halus
daripada otot ekstrinsik. Otot-otot ini penting dalam proses mengunyah
dan mengucapkan kata-kata. Pergerakan lidah diatur oleh saraf otak ke-12.
Permukaan belakang lidah yang terlihat pada saat seseorang membuka mulut
ditutupi oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan ( papilla ).
Pada papilla ini terdapat alat pengecap (taste-bud ) untuk mengenal
rasa manis, asin, asam (di ujung depan), dan pahit (di pangkal lidah). Di
samping itu, lidah juga mempunyai ujung-ujung saraf perasa yang dapat menangkap
sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah satu bentuk sensasi
pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk sensasi umum. Pengecapan
diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf otak ke-5. Apabila
lidah diangkat ke atas, suatu perlekatan mukosa, frenulum, dapat terlihat di
bawah lidah di garis tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut.
Lidah terdiri dari otot serat
lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan
ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah),
dorsum lingua (punggung lidah) dan apeks lingua ( ujung lidah). Pada pangkal
lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas
pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan
napas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau
ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat
pada bagian bawah kira-kira ditengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak
selaput lendir. Flika sublingua terdapat disebelah kiri dan kanan frenulum
lingua, disini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada pertengahan Flika
sublingua ini terdapat saluran dari glandula parotis, submaksilaris, dan
glandula sublingualis. Fungsi lidah yaitu untuk mengaduk makanan, membentuk
suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
g. Kelenjar ludah. Terdiri dari:
1. Kelenjar parotis,
letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan
mandibularis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus fasial
berjalan melalui kelenjar ini. Parotid gland terletak di belakang
tulang rahang bawah di bawah daun telinga dan mempunyai saluran yang bermuara
di depan gigi geraham ke-2 atas. Gondongeun atau parotitis
epidemica merupakan penyakit infeksi virus yang mengenai kelanjar ini.
2.
Kelenjar
submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang.
3.
Kelenjar
sublingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.
2. Gigi
dan Komponennya.
Sebuah
gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gusi,
lehernya dikelilingi gusi dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari
bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat
rongga pulpa.
Diagram potongan sagital gigi molar pertama bawah manusia
Orang
dewasa memiliki 32 gigi, 16 tertanam di dalam proses alveolaris maksila dan 16
di dalam mandibula. Yang disebut gigi permanen ini didahului oleh satu set
sebanyak 20 gigi desidua, yang mulai muncul sekitar 7 bulan setelah lahir dan
lengkap pada umur 6-8 tahun. Gigi ini akan tanggal antara umur enam dan tiga
belas, dan diganti secara berangsur oleh gigi permanen, atau suksedaneus.
Proses penggantian gigi ini berlangsung sekitar 12 tahun sampai gigi geligi
lengkap, umumnya pada umur 18, dengan munculnya molar ketiga atau gigi
kebijakan. Semua gigi terdiri atas sebuah mahkota yang menonjol di atas gusi
atau gingival, dan satu atau lebih akar gigi meruncing yang tertanam di dalam
lubang atau alveolus di dalam tulang maksila atau mandibula. Batas antara
mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks.
Manusia
memiliki susunan gigi primer dan sekunder, yaitu:
a.
Gigi
primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi
seri, 1 taring, 3 geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi.
b.
Gigi
sekunder, terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 2 premolar dan 3 geraham untuk
total keseluruhan 32 gigi.
Fungsi gigi adalah dalam proses
matrikasi (pengunyahan).
Mengunyah ialah menggigit dan
menggiling makanan di antara gigi atas dan bawah. Gerakan lidah dan pipi
membantu dengan memindah-mindahkan makanan linak ke palatum keras 6ensit
gigi-gigi. Makanan yang masuk kedalam mulut di potong menjadi bagian-bagian
kecil dan bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang
dapat ditelan.
Komponen-komponen gigi meliputi:
a.Email
Email gigi adalah substansi paling keras di tubuh. Ia
berwarna putih kebiruan dan hampir transparan. Sembilan puluh smebilan persen
dari beratnya adalah mineral dalam bentuk Kristal hidroksiapatit besar-besar.
Matriks organic hanya merupakan tidak lebih dari 1% massanya.
b.Dentin
Dentin terletak di bawah email, terdiri atas rongga-rongga
berisi cairan. Apabila lubang telah mencapai dentin, cairan ini akan
menghantarkan rangsang ke pulpa, sehingga pulpa yang berisi pembuluh saraf akan
menghantarkan sinyal rasa sakit itu ke otak. Dentin bersifat semitranslusen
dalam keadaan segar, dan berwarna agak kekuningan. Komposisi kimianya mirip
tulang namun lebih keras. Bahannya 20% organic dan 80% anorganik.
c.Pulpa
Pulpa merupakan bagian yang lunak dari gigi. Bagian atap
pulpa merupakan bentuk kecil dari bentuk oklusal permukaan gigi. Pulpa
mempunyai hubungan dengan jaringan peri- atau interradikular gigi, dengan
demikian juga dengan keseluruhan jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika
ada penyakit pada pulpa, jaringan periodontium juga akan terlibat.
Demikian juga dengan perawatan pulpa yang dilakukan, akan memengaruhi jaringan
di sekitar gigi.
Bentuk
kamar pulpa hampir menyerupai bentuk luar dari mahkota gigi, misalnya tanduk
pulpa terletak di bawah tonjol gigi. Pada gigi dengan akar lebih dari satu,
akan terbentuk lantai kamar pulpa yang mempunyai pintu masuk ke saluran akar,
disebut orifisum. Dari orifisum ke foramen apical disebut saluran akar. Bentuk
saluran akar ini sangat bervariasi, dengan kanal samping yang beragam, selain
kadang-kadang juga ditemukan kanal tambahan (aksesori) yang ujungnya buntu,
tidak bermuara ke jaringan periodontal. Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air
dan 25% bahan 7ensiti, yaitu:
-
Glukosaminoglikan
-
Glikoprotein
-
Proteoglikan
-
Fibroblas
sebagai sintesis dari kondroitin sulfat dan dermatan sulfat.
Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat,
pembuluh darah, dan serabut saraf. Pada saluran akar ditemui pembuluh darah,
jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang masuk ke rongga pulpa dan membentuk
percabangan jaringan yang teratur serta menarik. Jaringan yang memasok darah
dari pulpa, masuk dari foramen apical, tempat arteri dan vena masuk serta
keluar. Selain pembuluh darah dan jaringan limfe, jaringan saraf masuk juga ke
pulpa melalui foramen 7ensit.
c.
Sementum
Akar gigi ditutupi lapisan sementum tipis, yaitu jaringan
bermineral yang sangat mirip tulang. Melihat sifat fisik dan kimiawinya,
sementum lebih mirip tulang dari jaringan keras lain dari gigi. Ia
terdiri atas matriks serat-serat kolagen, glikoprotein, dan mukopolisakarida
yang telah mengapur. Bagian servikal dan lapis tipis dekat dentin adalah
sementum aselular. Sisanya adalah sementum selular, dimana terkurung sel-sel
mirip osteosit, yaitu sementosit, dalam 7ensit dalam matriks.
3. struktur
mulut
Mulut
memainkan peran penting dalam mengisap (itu adalah bagian dari aparat
menghisap),ekspresi wajah , makan , minum , dan bernapas . Bayi yang lahir
dengan mengisap refleks, dimana mereka
secara naluriah tahu untuk menghisap untuk makanan menggunakan bibir dan rahang
.
Mulut terdiri atas dua bagian : bagian luar yang sempit atau
vestibula yaitu ruang antara gusi, gigi, bibir dan pipi. Bagian rongga mulut
bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,
palatum, dan mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput
ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf
sensoris.
Dalam rongga mulut terdapat kelenjar ludah, gigi dan lidah.
Kelenjar ludah (glandula saliva) membantu pencernaan dalam mulut secara
kimiawi. Enzim dalam air liur di sebut enzim ptialin. Enzim ini dapat memecah
polisakarida menjadi disakarida. Terdapat tiga pasang kelenjar ludah
(glandula saliva) :
1.
Kelenjar
parotis adalah kelenjar ludah terbesar dan ditemukan melilit ramus mandibula . Sekresi serosa yang dihasilkan
terutama di alam dan memasuki rongga mulut melalui duktus Stensen itu
2.
Kelenjar submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah rahang
bawah, unggul dari otot
digastric . Sekresi
yang dihasilkan adalah campuran dari kedua cairan serosa dan lendir , dan memasuki rongga mulut melalui duktus Wharton . Sekitar 70% dari air liur dalam
rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar submandibula, meskipun mereka jauh
lebih kecil daripada kelenjar parotis.
3.
Kelenjar sublingual adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah lidah,
anterior kelenjar submandibula. Sekresi lendir yang dihasilkan terutama di
alam, namun dikategorikan sebagai kelenjar campuran. Berbeda dengan dua
kelenjar utama lainnya, sistem duktus kelenjar sublingual tidak memiliki
saluran lurik, dan keluar 8-20 saluran ekskretoris. Sekitar 5% air liur
memasuki rongga mulut berasal dari kelenjar ini.
1.kelenjar
parotis 2.kelenjar submandibular 3.kelenjar sublingual
Gigi
ada dua macam :
1.
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap pada 2.5 tahun
jumlahnya 20 buah, disebut pula gigi susu. Terdiri dari delapan buah gigi
seri (dens insisivus), empat buah gigi taring (dens kaninus) dan delapan buah
gigi geraham (molare).
2. Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh
pada umur 6-18 tahun, jumlahnya 32 buah, terdiri dari delapan buah gigi
seri (dens insisivus), empat buah gigi taring ( dens kaninus), delapan buah
gigi geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare). Fungsi gigi seri
untuk memotong makanan. Gigi taring digunakan untuk memutus makanan yang keras
dan gigi geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
Lidah terdiri dari otot serat
lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan
ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah),
dorsum lingua (punggung lidah) dan apeks lingua ( ujung lidah). Pada pangkal
lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas
pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan
napas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau
ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat
pada bagian bawah kira-kira ditengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak
selaput lendir. Flika sublingua terdapat disebelah kiri dan kanan frenulum lingua,
disini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada prtengahan Flika sublingua
ini terdapat saluran dari glandula parotis, submaksilaris, dan glandula
sublingualis. Fungsi lidah yaitu untuk mengaduk makanan, membentuk suara,
sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
B. Anatomi
Maxilla
1.
Pengertian Tulang Maxilla
Tulang
rahang atas ( os. Maxilla) rahang atas merupakan tulang yang
terbesar dari muka kita . terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kiri dan kanan
yang melekat satu sama lain.
Pada
Corpus Maxillaris terdapat suatu
rongga yang berhubungan dengan rongga hidung disebut Sinus Maxillaris. Bagian belakang dari corpus maxillaries menebal
yang disebut Tuber Maxillaris. Pada
dinding dari tuber maxillaris terdapat lubang-lubang keciluntuk urat syaraf dan
darah untuk gigi-gigi geraham atas.
Dibagian
depan dari rahang atas dibawah mata dan kira-kira diatas gigi taring (caninus)
terdapat Foramen Infra Orbitalis.
Dari sini keluar urat-urat syaraf untuk pipi, bibir atas, dinding hidung dan
kelopak mata bawah.
Di
dalam corpus maxillaris terdapat suatu rongga yaitu Sinus maxillaris yang berhubungan dengan suatu lubang yaitu hiatus
maxillaris.
Anestesi Blok
Pada Maksila
1. Blok Nervus Alveolaris Superrior
Anterior
Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial
sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan jarum keapeks kaninus, anastetikum
dideponir perlahan ke atas apeks akargigi tersebut.
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum.
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum.
2. Blok Nervus Alveolaris Superrior
Posterior
Blok syaraf
alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal molar
terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45º, memungkinkan deposisi larutan 1,5
ke permukaan disto bukkal maxilla.
Komplikasi umum
dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena pterigoid
pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik
infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan.
Gigi-gigi molar
kecuali akar molar satu
Processus
alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.
Jaringan ikat dan membran mukosa
v Anatomi
landmarks :
·
Lipatan zygomatikus pada maxilla
·
Processus zygomatikus pada maxilla
·
Tuberositas maxilla
Bagian anterior
dan processus coronoideus dari ramus mandibula.
Tekniknya :
Bila anestesi
adalah nervus alveolaris superior posterior dexter
Operator
berdiri sebelah kanan depan.Masukkan jari
telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian jari
telunjuk pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua
sampai teraba proccesus zygomaticus. Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat
sudut 90º terhadap oklusal plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45º
bidang sagital penderita. Hal ini dapat dilakukan bilamana penderita dalam keadaan
setengah tutup mulut, sehingga bibir dan pipi dapat ditarik kelateral posterior. Jari telunjuk
disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarumambil spoit yang telah
disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus dilakukan desinfeksi
terlebih dahulu.
Arah jarum
harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum sedalam ½-¾ inch. Aspirasi, jika
tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan sebanyak 1,5
cc.
3. Blok Nervus Intra Orbital
Blok
infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan
menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan
ujung jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik bibir
atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar kedua
dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru
larutan analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat
diraba dibalik
jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit,
untuk memastikan diperolehnya analgesia yang memadai.
Saraf yang teranestesi :
Nervus
alveolaris superior, anterior dan medium
·
Nervus infra orbital
·
Nervus palpebra inferior
·
Nervus nasalis lateralis
·
Nervus labialis superior
Daerah yang
teranestesi :
·
Gigi incisivus sampai premolar
·
Akar mesio bukkal dari molar satu
·
Jaringan pendukung dari gigi tersebut
·
Bibir atas dan kelopak atas
·
Sebagian hidung pada sisi yang sama
v Anatomi
Landmark :
·
Infra orbital ridge
·
Supra orbital notch
·
Gigi anterior dan pupil mata
Tekniknya :
A. Intra oral
approach
Dudukkan
penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi rahang atas
membentuk 45º dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah
depanKita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal
melalui pupil mata ke infra orbital dan gigi premolar dua rahang atas. Bila sudah
menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi, kita
gerakkan ke bawah kira-kira ½ cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan
dimana letaknya foramen infra orbital. Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari
telunjuk tetap diletakkan pada tempat foramen infra orbitalis untuk mencegah
tembusnya jarum mengenai bola mata. Bibir atas diangkat dengan ibu jariLakukan desinfeksi pada
muko bukkal regio premolar dua rahang atasPergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8
inch. Jarum suntikan
tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang atas,
mengikuti arah garis khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada
saat jarum menembus mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum
tersebut diteruskan secaraperlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra
orbitalis, maka dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada foramen
tersebut.Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½ cc (jumlah
larutan tersebut tergantung dari kebutuhan)
B.
Extra oral
approach
Indikasi : bila intra
oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.
Tekniknya :
Tentukan letak
foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)
Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah kemungkinan bahaya untuk mata. Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat.
Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah kemungkinan bahaya untuk mata. Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat.
4. Blok Nervus Naso Palatinus
Nervus naso
palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah bagian
bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.
v Anatomi
Landmark :
·
Incisivus papilla
·
Incisivus centralis
Tekniknya :
Incisivus
papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama
harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut
diluncurkan dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam
garis median.Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan
anestesi dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.Jarum yang digunakan
adalah jarum yang pendek.
Analgesia
palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan mendepositkan
0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari
foramen palatina besar.Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan
diberikan perlahan karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan
ludah dari kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan.
5. Blok Nervus Palatinus Anterior
Syaraf ini
keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah bagian
posterior dari palatum durum mulai dari premolar
v Anatomi
Landmark :
·
Molar dua dan tiga maxilla
·
Tepi gingiva sebelah palatinal dari
molar dua dan molar tiga maxilla
·
Garis khayal yang kita buat dari 1/3
bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arahgaristengahpalatum.
Indikasi :
Indikasi :
·
Untuk anestesi daerah palatum dari
premolar satu sampai molar tiga
·
Untuk operasi daerah posterior dari
palatum durum.
Tekniknya :
Nervus
palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara
molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median. Jika tempat
tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di
suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan). Sehingga
membentuk sudut 90º dengan curve tulang palatinal. Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak
dengan tulang kemudian kita semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.
1. Pengertian tulang mandibula
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang
muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu–satunya tulang pada
tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat di tekan dan di angkat pada
waktu membuka dan menutup mulut. Dapat di tonjolkan, di tarik ke belakang dan
sedikit di goyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada
waktu mengunyah(Pearce, 2002). Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua
belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental,
persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah
korpus yang letaknya horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke
muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior
korpus (Bajpai, 1991).
2.
Bagian
– bagianmandibula, yaitu (Bajpai, 1991) :
A.
Korpus
Corpus mandibula adalah bagian yang horizontal dan
melengkung ke depan.
·
Corpus mandibularis kiri dan kanan
melekat di tengah-tengah dan disitu membentuk protuberantia mentalis yang
menonjol ke depan sebagai dagu.
·
Pada corpus mandibula kanan dan kiri
terdapat foramen mentale antara corpus mandibula dan ramus mandibula terdapat
angulus mandibula.
Korpus
juga mempunyai dua permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus
Permukaan
eksternus kasar dan cembung. Pada bagian
initer dapat suatu lineaoblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir
anterior ramus menuju kebawah dan kemuka serta berakhir pada tuberkumummentale
di dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale yang terletak di atas
linea oblikum dan simpisismenti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak
nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan
dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula.
2) Permukaan internus
Permukaan
internus agak cekung. Pada permukaan ini
terletak sebuah lineamilohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar
ketiga menuju ke bawah dan kemuka mencapai garis tengah, lineamilohyodea ini
menjadi origo dari muskulusmilohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sub
lingualis dari fossa sub mandibularis.
Korpus
mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1)
Pinggir atas (alveolaris)
Merupakan
lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing– masing
belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi
premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi–gigi tanggal
lekuk–lekuk ini tidak tampak karena atropitulang yang mengakibatkan
berkurangnya lebar corpus mandibula.
2)
Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini tebal dan melengkung
yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir
bawah ini terletak pada batas gigi molar ketiga, di tempat ini basis di silang
oleh arterifasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada
masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origodari venter anterior
muskulus di gastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasiakolli
dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma.
B.
Ramus
Ramus
mandibula adalah bagian yang vertical
dan membentuk sendi dengan os. Temporalis (TMJ)
Bagian
atas dari ramus mandibularis bercabang menjadi:
·
Processus condyloideus berhubungan
dengan os Temporal.
·
Processus coronoideus tempat melekatnya
musculus (otot-otot) temporalis
Antara
kedua processus itu terpisah oleh incisura mandibula, dibawah incisura itu pada
permukaan dalam terdapat suatu lubang ialah foramen mandibula ini adalah
permulaan dari saluran cana;is mandibula yang menuju ke depan dan berakhir pada foramen mentalis. Dalam canalis
mandibula terdapat urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah untuk geligi rahang
bawah.
Ramus terdiri dari dua permukaan,
yaitu :
1) Permukaan eksternus
(lateralis)
Permukaan ini kasar dan datar.
Bagian posterior atas licin yang berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari
permukaan merupakan insersio dari muskulus masseter.
2) Permukaan internus
(medialis)
Pada permukaan ini terletak foramen
mandibulare yang merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh
nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya.
Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu
:
- Pinggir superior, merupakan
insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di antara prosesus –
prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.
- Pinggir anterior, melanjutkan
diri ke bawah dengan garis oblik.
- Pinggir posterior, tebal dan
alur – alur merupakan permukaan medialis dari glandula parotis.
- Pinggir inferior, melanjutkan
diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama – sama membentuk basis
mandibula
v
Anastesi Blok Mandibula
Anestesi blok
rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang teranestesi
luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan
beberapa gigi pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik
Gow-Gates adalah N. Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan Teknik
Fisher saraf yang dituju adalah :N. Alveolaris inferior dan N. Lingualis Dengan
teknik Gow- Gates daerah yang teranestesi adalah : Gigi mandibula setengah
quadran, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua
pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum,
korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian
posterior pipi dan region temporal. Sedangkan daerah yang teranestesi pada
teknik Akinosi dan Teknik Fisher adalah : gigi gigi mandibula setengah quadran,
badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan membrane
mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah,
jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak
teranestesi maka apabila diperlukan , harus dilakukan penyuntikan tambahan
sehingga pasien menerima
beban rasa sakit. Pada Teknik modifikasi Fisher kita menambahkan satu posisi
lagi sebelum jarum dicabut sehingga tidak diperlukan penusukan ulang yang
menambah beban sakit pada pasien.
·
Anestesi blok
teknik Gow-Gates :
Prosedur :
1. Posisi duduk
pasien terlentang atau setengah terlentang.
2. Pasien
diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3. Posisi
operator :
a. Untuk mandibula sebelah kanan,
operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap pasien.
b. Untuk mandibula sebelah kiri ,
operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap dalam arah yang sama dengan
pasien.
4. Tentukan
patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut Daerah sasaran: daerah
medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.
5. Operator
membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke sudut mulut
pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara
ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.
6. Jari
telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan .
7. Operator
menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan sudut
mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.
8. Daerah
insersi jarum diberi topical antiseptik.
9. Spuit
diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah
tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit
sebelah distal M2 maksila .
10. Jarum
diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic notch
pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah
sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi
tersebut dapat berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus
mandibula dari telingan ke sisi wajah.
11. Jarum
ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus, sampai
kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang, maka jarum
ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang.
Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.
12. Jarum
ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak
1,8 – 2 ml perlahan-lahan.
13. Spuit
ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 – 2 menit .
14. Setelah 3 –
5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.
·
Anestesi blok
teknik Akinosi :
Teknik ini dilakukan dengan mulut
pasien tertutup sehingga baik digunakan pada pasen yang sulit atau sakit pada
waktu membuka mulut.
Prosedur :
1. Pasien duduk
terlentang atau setengah terlentang
2. Posisi
operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan
dengan pasien.
3. Letakkan
jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada
bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi
dan mengurangi trauma selama injeksi jarum.
4. Gambaran
anatomi :
- Mucogingival
junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila
- Tuberositas
maksila
5. Daerah
insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.
6. Pasien
diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.
7. Jarum suntik
diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan posterior
dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketiga maksila.
8. Arahkan
ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus dan
jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.
9. Kedalaman
jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.
10. Aspirasi,
bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 – 1,8 ml secara
perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali.
Kelumpuhan
saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan
trismus mulai meningkat kemampuannya untuk membuka mulut.
·
Teknik Fisher :
Prosedur :
Posisi pasien
duduk dengan setengah terlentang. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum
retromolar. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser
kelateral untuk meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser
kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di
linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi
rahang bawah.
Posisi I :
Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak
dianestesi yaitu regio premolar.
Posisi II :
Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan
jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan
anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis.
Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak
penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15
mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk
menganestesi N. Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali.
Anestesi
Blok Fisher’s
Teknik anestesi blok rahang bawah
yang paling sering digunakan adalah blok saraf alveolaris inferior atau lebih
dikenal dengan blok Fisher’s. Teknik blok anestesi blok rahang bawah ini sangat
berguna untuk anestesi satu regio pada rahang bawah.
Pada teknik anestesi blok Fisher’s
ini, saraf yang teranestesi meliputi N. Alveolaris inferior, cabang dari N. V3,
N. Insisivus, N. Mentalis, dan N. Lingualis.
Area yang teranestesi dengan teknik
blok Fisher’s adalah geligi mandibular sampai midline, corpus mandibula, ramus
inferior, mukoperiosteum bukal, mukus membrane anterior pada mandibula gigi
molar pertama, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, serta jaringan lunak
lingual dan periosteum.
Daerah
yang teranestesi pada blok Fisher’s
Indikasi teknik anestesi blok
Fisher’s adalah untuk prosedur pada gigi rahang bawah multiple pada satu
region, anestesi jaringan lunak buccal, anestesi jaringan lunak lingual.
Sedangkan kontraindikasi blok Fisher’s adalah adanya infeksi atau inflamasi
akut pada area injeksi, serta pasien dengan kemungkinan untuk menggigit
jaringan lunak yang teranestesi.
Keuntungan anestesi blok Fisher’s
adalah injeksi anestesi di satu tempat memberikan anestesi pada area yang luas
pada satu region. Namun, area yang luas pada anestesi blok Fisher’s ini tidak
diperlukan untuk keperluan prosedur lokal. Kerugian lain anestesi blok Fisher’s
ini adalah adanya persentase anesthesia yang tidak cukup, intraoral landmark
yang menjadi acuan penyuntikan kadang tidak terlihat, kadang terjadi aspirasi
positif, anestesi lingual dan bibir bawah menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Teknik Penyuntikan Anestesi Blok
Rahang Bawah
Tahapan penyuntikan anestesi blok
Fisher’s adalah :
Jari telunjuk diletakkan di belakang
gigi molar ketiga kemudian digeser ke lateral untuk mencar linea oblique
eksterna lalu digeser ke median untuk mencari linea oblique interna melalui
trigonum retromolar.
Punggung jari harus menyentuh
bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarum dimasukkan kira- kira pada
pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu region
premolar sampai terasa kontak dengan tulang.
Syringe kemudian digeser kea rah
sisi yang akan dianestesi, harus sejajar dataran oklusal, jarum ditusukkan
lebih lanjut sedalam 6mm lalu lakukan aspirasi. Bila aspirasi negative, larutan
anestesi lokal dikeluarkan ½ cc untuk menganestesi N. Lingualis.
Syringe digeser lagi kea rah posisi
pertama namun tidak peuh, sampai region caninus, kemudian jarum ditusukkan
lebih dalam menyusuri tulang kurang lebih 10- 15 mm sampai terasa konta jarum
dengan tulang terlepas. Lakukan kebali aspirasi, bila negative, larutan
anestetikum dikeluarkan 1cc untuk menganestesi N. Alveolarius inferior.
Teknik
modifikasi Fisher :
Setelah kita
melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas dari
mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral
(ke daerah trigonum retromolar ), aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak
0,5 ml untuk menganestesi N. Bukalis. Kemudian Spuit
ditarik keluar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mulut merupakan salah satu bagian
terpenting bagi manusia karena sebagai awal pencernaan makanan. Maka dari itu,
perlu adanya perawatan dan pemeriksaan mulut secara rutin.
Maxilla ( Rahang atas ) merupakan tulang yang terbesar dari
muka kita. Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang melekat satu
sama lain. Sedangkan mandibula ( Rahang bawah ) adalah tulang rahang bawah dan
merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan
satu–satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat di
tekan dan di angkat pada waktu membuka dan menutup mulut.
v ANASTESI BLOK PADA MAKSILLA (RAHANG
ATAS)
-
Blok
nervus alveolaris superior anterior
-
Blok
nervus alveolaris superior posterior
-
Blok
nervus intra orbital
-
Blok
nervus naso palatines
-
Blok
nervus palatinus anterior
v ANASTESI BLOK PADA MANDIBULA(RAHANG
BAWAH)
-
Anastesi
blok teknik gow-gates
-
Anastesi
blok teknik akinosi
Saran
Dalam
penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan
saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam
rangka perbaikan makalah ini.
Daftar Pustaka
http://yukiicettea.blogspot.com/2099/12/pemeriksaan-rongga-mulut.html
Alimatul H, Aziz, 2006, Pengantar kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta, Salemba Medika.
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp,2005,Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia,Jakarta.
Alimatul H, Aziz, 2006, Pengantar kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta, Salemba Medika.
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp,2005,Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia,Jakarta.
Hurford - Clinical
Anesthesia Procedures of the Massachusetts General Hospital6th ed
( dikutippadatanggal 4 februari 2011)
Harry A. Kaiin.ANESTESI BLOK
MANDIBULA.Sub. bagian Dental Anestesi, Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.
(dikutippadatanggal4 februari 2011)
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/anestesi_blok_mandibula.pdf
revias clinics.blogspot.com (dikutippadatanggal15-8-2010)
Purwanto,
drg. Petunjukpraktisanestesi local. 2008. Penerbitbukukedokteran. Jakarta: EGC
Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 2007. Jakarta :Hipokrates
Tidak ada komentar