Home Top Ad

Rongga Mulut

Share:

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari lidah bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal,’alveolar ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang membatasi rongga mulut (Yousem et al., 1998).

Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatem keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun diantara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir (Tortora et al., 2009).

Maxilla ( Rahang atas ) merupakan tulang yang terbesar dari muka kita. Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang melekat satu sama lain. Sedangkan mandibula ( Rahang bawah ) adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu–satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat di tekan dan di angkat pada waktu membuka dan menutup mulut.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Anatomi Mulut
1.      Pengertian Mulut
Mulut adalah salah satu anggota tubuh yang ada di wajah dimana terdapat bagian-bagian lagi di dalamnya. Gigi dan lidah adalah bagian terpenting yang ada di dalam mulut yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Mulut merupakan bagian pertama dari sistem  pencernaan dan merupakan bagian tambahan dari sitem pernapasan. Selain itu, ada pula saliva untuk membersikan mulut secara mekanis.  Mulut juga merupakan rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua  bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibuka, yaitu ruang di antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang bersambung dengan awal faring.
 




Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu:
1. Palatum
a. Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris. Palatum durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae. (Swartz, 1989)
b. Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muscular di sebelah posterior  palatum durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan. Gigi-geligi dan tulang palatum
2. Rongga mulut
a. Bagian gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya memotong dan gigi posterior yang tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Proses mengunyah di kontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasi retikularis dekat  pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulkan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu. Mengunyah makanan bersifat penting untuk  pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan sebelum dapat digunakan.
b. Tulang Alveolar.
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons di antara dua lapis tulang kortikal. Pembuluh darah dan saraf gigi menembus tulang alveolar ke foramen apical untuk memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorbsi nyata dari tulang alveolar.
c. Gingiva.
Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga mulut dan melipat di atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi, ia menyatu dengan tepian bawah lapis merah muda yang lebih kuat yang disebut gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane mukosa yang terikat erat  pada periosteum Krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis gepeng dengan  banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin, tetapi dalam lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum granulosum dan sel-sel gepeng lapis superfisialnya tetap berinti piknotik.
d. Ligamentum Periodontal.
Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membrane periodontal atau ligament periodontal di antara sementum dan tulang alveolar di sekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring ke atas dari sementum kemuda yang lebih kuat yang disebut gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane mukosa yang terikat erat tulang hingga tekanan pada gigi menekan serat-serat yang tertanam dalam tulang. Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih memungkinkan sedikit gerak.
e. Pulpa.
Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang membentuk  papilla dentis selama perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa melalui foramen apical dan cabang kapilernya pecah dekat dasar odontoblas dan sebagian terdapat diantaranya. Mereka ini berlanjut ke dalam vena kecil yang letaknya lebih ke pusat pulpa.
f. Lidah.
Lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu otot-otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot ekstrinsik yang salah satu ujungnya mempunyai perlekatan di luar lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah. Otot intrinsik mempunyai serat lebih halus daripada otot ekstrinsik. Otot-otot ini  penting dalam proses mengunyah dan mengucapkan kata-kata. Pergerakan lidah diatur oleh saraf otak ke-12. Permukaan belakang lidah yang terlihat pada saat seseorang membuka mulut ditutupi oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan ( papilla ). Pada  papilla ini terdapat alat pengecap (taste-bud ) untuk mengenal rasa manis, asin, asam (di ujung depan), dan pahit (di pangkal lidah). Di samping itu, lidah juga mempunyai ujung-ujung saraf perasa yang dapat menangkap sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk sensasi umum. Pengecapan diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf otak ke-5. Apabila lidah diangkat ke atas, suatu perlekatan mukosa, frenulum, dapat terlihat di bawah lidah di garis tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut.
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah) dan apeks lingua ( ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas  pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan napas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir. Flika sublingua terdapat disebelah kiri dan kanan frenulum lingua, disini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada pertengahan Flika sublingua ini terdapat saluran dari glandula parotis, submaksilaris, dan glandula sublingualis. Fungsi lidah yaitu untuk mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.


g. Kelenjar ludah. Terdiri dari:
1. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus fasial berjalan melalui kelenjar ini.  Parotid gland terletak di belakang tulang rahang bawah di bawah daun telinga dan mempunyai saluran yang bermuara di depan gigi geraham ke-2 atas. Gondongeun  atau  parotitis epidemica merupakan penyakit infeksi virus yang mengenai kelanjar ini.
2. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang.
3. Kelenjar sublingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.



2.      Gigi dan Komponennya.
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gusi, lehernya dikelilingi gusi dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa.
Diagram potongan sagital gigi molar pertama bawah manusia

Orang dewasa memiliki 32 gigi, 16 tertanam di dalam proses alveolaris maksila dan 16 di dalam mandibula. Yang disebut gigi permanen ini didahului oleh satu set sebanyak 20 gigi desidua, yang mulai muncul sekitar 7 bulan setelah lahir dan lengkap pada umur 6-8 tahun. Gigi ini akan tanggal antara umur enam dan tiga belas, dan diganti secara berangsur oleh gigi  permanen, atau suksedaneus. Proses penggantian gigi ini berlangsung sekitar 12 tahun sampai gigi geligi lengkap, umumnya pada umur 18, dengan munculnya molar ketiga atau gigi kebijakan. Semua gigi terdiri atas sebuah mahkota yang menonjol di atas gusi atau gingival, dan satu atau lebih akar gigi meruncing yang tertanam di dalam lubang atau alveolus di dalam tulang maksila atau mandibula. Batas antara mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder, yaitu:
a.       Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi.
b.      Gigi sekunder, terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 2 premolar dan 3 geraham untuk total keseluruhan 32 gigi.
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan).
Mengunyah ialah menggigit dan menggiling makanan di antara gigi atas dan bawah. Gerakan lidah dan pipi membantu dengan memindah-mindahkan makanan linak ke  palatum keras 6ensit gigi-gigi. Makanan yang masuk kedalam mulut di potong menjadi bagian-bagian kecil dan  bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

Komponen-komponen gigi meliputi:
a.Email
Email gigi adalah substansi paling keras di tubuh. Ia berwarna putih kebiruan dan hampir transparan. Sembilan puluh smebilan persen dari beratnya adalah mineral dalam bentuk Kristal hidroksiapatit besar-besar. Matriks organic hanya merupakan tidak lebih dari 1% massanya.
b.Dentin
Dentin terletak di bawah email, terdiri atas rongga-rongga berisi cairan. Apabila lubang telah mencapai dentin, cairan ini akan menghantarkan rangsang ke pulpa, sehingga pulpa yang berisi pembuluh saraf akan menghantarkan sinyal rasa sakit itu ke otak. Dentin bersifat semitranslusen dalam keadaan segar, dan berwarna agak kekuningan. Komposisi kimianya mirip tulang namun lebih keras. Bahannya 20% organic dan 80% anorganik.
c.Pulpa
Pulpa merupakan bagian yang lunak dari gigi. Bagian atap pulpa merupakan bentuk kecil dari bentuk oklusal permukaan gigi. Pulpa mempunyai hubungan dengan  jaringan peri- atau interradikular gigi, dengan demikian juga dengan keseluruhan  jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika ada penyakit pada pulpa, jaringan periodontium  juga akan terlibat. Demikian juga dengan perawatan pulpa yang dilakukan, akan memengaruhi jaringan di sekitar gigi.
Bentuk kamar pulpa hampir menyerupai bentuk luar dari mahkota gigi, misalnya tanduk pulpa terletak di bawah tonjol gigi. Pada gigi dengan akar lebih dari satu, akan terbentuk lantai kamar pulpa yang mempunyai pintu masuk ke saluran akar, disebut orifisum. Dari orifisum ke foramen apical disebut saluran akar. Bentuk saluran akar ini sangat bervariasi, dengan kanal samping yang beragam, selain kadang-kadang juga ditemukan kanal tambahan (aksesori) yang ujungnya buntu, tidak bermuara ke jaringan periodontal. Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan 25% bahan 7ensiti, yaitu:
-          Glukosaminoglikan
-          Glikoprotein
-          Proteoglikan
-          Fibroblas sebagai sintesis dari kondroitin sulfat dan dermatan sulfat.
Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Pada saluran akar ditemui pembuluh darah, jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang masuk ke rongga pulpa dan membentuk percabangan jaringan yang teratur serta menarik. Jaringan yang memasok darah dari pulpa, masuk dari foramen apical, tempat arteri dan vena masuk serta keluar. Selain pembuluh darah dan jaringan limfe, jaringan saraf masuk juga ke pulpa melalui foramen 7ensit.
c.       Sementum
Akar gigi ditutupi lapisan sementum tipis, yaitu jaringan bermineral yang sangat mirip tulang. Melihat sifat fisik dan kimiawinya, sementum lebih mirip tulang dari  jaringan keras lain dari gigi. Ia terdiri atas matriks serat-serat kolagen, glikoprotein, dan mukopolisakarida yang telah mengapur. Bagian servikal dan lapis tipis dekat dentin adalah sementum aselular. Sisanya adalah sementum selular, dimana terkurung sel-sel mirip osteosit, yaitu sementosit, dalam 7ensit dalam matriks.





3.      struktur mulut
Mulut memainkan peran penting dalam mengisap (itu adalah bagian dari aparat menghisap),ekspresi wajah , makan , minum , dan bernapas . Bayi yang lahir dengan  mengisap refleks, dimana mereka secara naluriah tahu untuk menghisap untuk makanan menggunakan bibir dan rahang .

Mulut terdiri atas dua bagian : bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara gusi, gigi, bibir dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,  palatum, dan mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf sensoris.
Dalam rongga mulut terdapat kelenjar ludah, gigi dan lidah. Kelenjar ludah (glandula saliva) membantu pencernaan dalam mulut secara kimiawi. Enzim dalam air liur di sebut enzim ptialin. Enzim ini dapat memecah  polisakarida menjadi disakarida. Terdapat tiga pasang kelenjar ludah (glandula saliva) :
1.      Kelenjar parotis adalah kelenjar ludah terbesar dan ditemukan melilit ramus mandibula . Sekresi serosa yang dihasilkan terutama di alam dan memasuki rongga mulut melalui duktus Stensen itu

2. Kelenjar submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah rahang bawah, unggul dari otot digastric . Sekresi yang dihasilkan adalah campuran dari kedua cairan serosa dan lendir , dan memasuki rongga mulut melalui duktus Wharton . Sekitar 70% dari air liur dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar submandibula, meskipun mereka jauh lebih kecil daripada kelenjar parotis.
3. Kelenjar sublingual adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah lidah, anterior kelenjar submandibula. Sekresi lendir yang dihasilkan terutama di alam, namun dikategorikan sebagai kelenjar campuran. Berbeda dengan dua kelenjar utama lainnya, sistem duktus kelenjar sublingual tidak memiliki saluran lurik, dan keluar 8-20 saluran ekskretoris. Sekitar 5% air liur memasuki rongga mulut berasal dari kelenjar ini.
1.kelenjar parotis  2.kelenjar submandibular  3.kelenjar sublingual





Gigi ada dua macam :
1. Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap pada 2.5 tahun jumlahnya 20 buah, disebut pula gigi susu. Terdiri dari delapan  buah gigi seri (dens insisivus), empat buah gigi taring (dens kaninus) dan delapan buah gigi geraham (molare).
2. Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun, jumlahnya 32  buah, terdiri dari delapan buah gigi seri (dens insisivus), empat buah gigi taring ( dens kaninus), delapan buah gigi geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare). Fungsi gigi seri untuk memotong makanan. Gigi taring digunakan untuk memutus makanan yang keras dan gigi geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah) dan apeks lingua ( ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas  pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan napas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir. Flika sublingua terdapat disebelah kiri dan kanan frenulum lingua, disini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada prtengahan Flika sublingua ini terdapat saluran dari glandula parotis, submaksilaris, dan glandula sublingualis. Fungsi lidah yaitu untuk mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.



B.     Anatomi Maxilla

1.   Pengertian Tulang Maxilla
Tulang rahang atas ( os. Maxilla) rahang atas merupakan tulang yang terbesar dari muka kita . terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang melekat satu sama lain.
Pada Corpus Maxillaris terdapat suatu rongga yang berhubungan dengan rongga hidung disebut Sinus Maxillaris. Bagian belakang dari corpus maxillaries menebal yang disebut Tuber Maxillaris. Pada dinding dari tuber maxillaris terdapat lubang-lubang keciluntuk urat syaraf dan darah untuk gigi-gigi geraham atas.
Dibagian depan dari rahang atas dibawah mata dan kira-kira diatas gigi taring (caninus) terdapat Foramen Infra Orbitalis. Dari sini keluar urat-urat syaraf untuk pipi, bibir atas, dinding hidung dan kelopak mata bawah.
Di dalam corpus maxillaris terdapat suatu rongga yaitu Sinus maxillaris yang berhubungan dengan suatu lubang yaitu hiatus maxillaris.

Anestesi Blok Pada Maksila
1.      Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior
Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan jarum keapeks kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akargigi tersebut.
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum.


2.      Blok Nervus Alveolaris Superrior Posterior
Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal molar terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45º, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke permukaan disto bukkal maxilla.
Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan.
Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu                                        
Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.

Jaringan ikat dan membran mukosa
v  Anatomi landmarks :
·         Lipatan zygomatikus pada maxilla
·         Processus zygomatikus pada maxilla
·         Tuberositas maxilla
Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.
Tekniknya :
Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter
Operator berdiri sebelah kanan depan.Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian jari telunjuk pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua sampai teraba proccesus zygomaticus. Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat sudut 90º terhadap oklusal plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45º bidang sagital penderita. Hal ini dapat dilakukan bilamana penderita dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga bibir dan pipi dapat ditarik kelateral posterior. Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarumambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus dilakukan desinfeksi terlebih dahulu. Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum sedalam ½-¾ inch. Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan sebanyak 1,5 cc.

3.      Blok Nervus Intra Orbital
Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar kedua dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru larutan analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat
diraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan diperolehnya analgesia yang memadai.
Saraf yang teranestesi :
Nervus alveolaris superior, anterior dan medium
·         Nervus infra orbital
·         Nervus palpebra inferior
·         Nervus nasalis lateralis
·         Nervus labialis superior
Daerah yang teranestesi :
·         Gigi incisivus sampai premolar
·         Akar mesio bukkal dari molar satu
·         Jaringan pendukung dari gigi tersebut
·         Bibir atas dan kelopak atas
·         Sebagian hidung pada sisi yang sama
v  Anatomi Landmark :
·         Infra orbital ridge
·         Supra orbital notch
·         Gigi anterior dan pupil mata
Tekniknya :
A.    Intra oral approach
Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi rahang atas membentuk 45º dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depanKita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata ke infra orbital dan gigi premolar dua rahang atas. Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi, kita gerakkan ke bawah kira-kira ½ cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan dimana letaknya foramen infra orbital. Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari telunjuk tetap diletakkan pada tempat foramen infra orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata. Bibir atas diangkat dengan ibu jariLakukan desinfeksi pada muko bukkal regio premolar dua rahang atasPergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch. Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang atas, mengikuti arah garis khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada saat jarum menembus mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum tersebut diteruskan secaraperlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra orbitalis, maka dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada foramen tersebut.Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½ cc (jumlah larutan tersebut tergantung dari kebutuhan)






B.     Extra oral approach
Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.
Tekniknya :
Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)
Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah kemungkinan bahaya untuk mata
. Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat.

4.      Blok Nervus Naso Palatinus
Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah bagian bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.
v  Anatomi Landmark :
·         Incisivus papilla
·         Incisivus centralis
Tekniknya :
Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median.Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek. Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari foramen palatina besar.Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan.

5.      Blok Nervus Palatinus Anterior
Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar
v  Anatomi Landmark :
·         Molar dua dan tiga maxilla
·         Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla
·         Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arahgaristengahpalatum.
Indikasi :
·         Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga
·         Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.
Tekniknya :
Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median. Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan). Sehingga membentuk sudut 90º dengan curve tulang palatinal. Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.

1.      Pengertian tulang mandibula 
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu–satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat di tekan dan di angkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat di tonjolkan, di tarik ke belakang dan sedikit di goyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah(Pearce, 2002). Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus (Bajpai, 1991). 

2.      Bagian – bagianmandibula, yaitu (Bajpai, 1991) : 
A.    Korpus 
Corpus mandibula adalah bagian yang horizontal dan melengkung ke depan.
·         Corpus mandibularis kiri dan kanan melekat di tengah-tengah dan disitu membentuk protuberantia mentalis yang menonjol ke depan sebagai dagu.
·         Pada corpus mandibula kanan dan kiri terdapat foramen mentale antara corpus mandibula dan ramus mandibula terdapat angulus mandibula.
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu : 
1)      Permukaan eksternus 
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian  initer dapat suatu lineaoblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju kebawah dan kemuka serta berakhir pada tuberkumummentale di dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisismenti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula. 

2)      Permukaan internus 
Permukaan internus agak cekung. Pada  permukaan ini terletak sebuah lineamilohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ketiga menuju ke bawah dan kemuka mencapai garis tengah, lineamilohyodea ini menjadi origo dari muskulusmilohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sub lingualis dari fossa sub mandibularis. 

Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu : 
1) Pinggir atas (alveolaris) 
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing– masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi–gigi tanggal lekuk–lekuk ini tidak tampak karena atropitulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula. 
2) Pinggir bawah (basis) 
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ketiga, di tempat ini basis di silang oleh arterifasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origodari venter anterior muskulus di gastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasiakolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma.
B.     Ramus
Ramus mandibula adalah bagian yang vertical  dan membentuk sendi dengan os. Temporalis (TMJ)
Bagian atas dari ramus mandibularis bercabang menjadi:
·         Processus condyloideus berhubungan dengan os Temporal.
·         Processus coronoideus tempat melekatnya musculus (otot-otot) temporalis
Antara kedua processus itu terpisah oleh incisura mandibula, dibawah incisura itu pada permukaan dalam terdapat suatu lubang ialah foramen mandibula ini adalah permulaan dari saluran cana;is mandibula yang menuju ke depan dan berakhir  pada foramen mentalis. Dalam canalis mandibula terdapat urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah untuk geligi rahang bawah. 
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu : 

1) Permukaan eksternus (lateralis) 
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus masseter. 

2) Permukaan internus (medialis) 
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya. 

Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu : 
  1. Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.
  2. Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.
  3. Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis dari glandula parotis.
  4. Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama – sama membentuk basis mandibula
v  Anastesi Blok Mandibula

Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa gigi pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik Gow-Gates adalah N. Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan Teknik Fisher saraf yang dituju adalah :N. Alveolaris inferior dan N. Lingualis Dengan teknik Gow- Gates daerah yang teranestesi adalah : Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian posterior pipi dan region temporal. Sedangkan daerah yang teranestesi pada teknik Akinosi dan Teknik Fisher adalah : gigi gigi mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak teranestesi maka apabila diperlukan , harus dilakukan penyuntikan tambahan sehingga pasien menerima beban rasa sakit. Pada Teknik modifikasi Fisher kita menambahkan satu posisi lagi sebelum jarum dicabut sehingga tidak diperlukan penusukan ulang yang menambah beban sakit pada pasien.
·         Anestesi blok teknik Gow-Gates :
Prosedur :
1. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3. Posisi operator :
a. Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap pasien.
b. Untuk mandibula sebelah kiri , operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap dalam arah yang sama dengan pasien.
4. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut Daerah sasaran: daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.
5. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke sudut mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.
6. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan .
7. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.
8. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.
9. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila .
10. Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah.
11. Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus, sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.
12. Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,8 – 2 ml perlahan-lahan.
13. Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 – 2 menit .
14. Setelah 3 – 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.

·         Anestesi blok teknik Akinosi :
Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik digunakan pada pasen yang sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.
Prosedur :
1. Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang
2. Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan dengan pasien.
3. Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan mengurangi trauma selama injeksi jarum.
4. Gambaran anatomi :
- Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila
- Tuberositas maksila
5. Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.
6. Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.
7. Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan posterior dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketiga maksila.
8. Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus dan jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.
9. Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.
10. Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 – 1,8 ml secara perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali.
Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkat kemampuannya untuk membuka mulut.

·         Teknik Fisher :
Prosedur :
Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah.
Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar.
Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis.
Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali.

Anestesi Blok Fisher’s
Teknik anestesi blok rahang bawah yang paling sering digunakan adalah blok saraf alveolaris inferior atau lebih dikenal dengan blok Fisher’s. Teknik blok anestesi blok rahang bawah ini sangat berguna untuk anestesi satu regio pada rahang bawah. 
Pada teknik anestesi blok Fisher’s ini, saraf yang teranestesi meliputi N. Alveolaris inferior, cabang dari N. V3, N. Insisivus, N. Mentalis, dan N. Lingualis.

Area yang teranestesi dengan teknik blok Fisher’s adalah geligi mandibular sampai midline, corpus mandibula, ramus inferior, mukoperiosteum bukal, mukus membrane anterior pada mandibula gigi molar pertama, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, serta jaringan lunak lingual dan periosteum.



Daerah yang teranestesi pada blok Fisher’s

Indikasi teknik anestesi blok Fisher’s adalah untuk prosedur pada gigi rahang bawah multiple pada satu region, anestesi jaringan lunak buccal, anestesi jaringan lunak lingual. Sedangkan kontraindikasi blok Fisher’s adalah adanya infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi, serta pasien dengan kemungkinan untuk menggigit jaringan lunak yang teranestesi.

Keuntungan anestesi blok Fisher’s adalah injeksi anestesi di satu tempat memberikan anestesi pada area yang luas pada satu region. Namun, area yang luas pada anestesi blok Fisher’s ini tidak diperlukan untuk keperluan prosedur lokal. Kerugian lain anestesi blok Fisher’s ini adalah adanya persentase anesthesia yang tidak cukup, intraoral landmark yang menjadi acuan penyuntikan kadang tidak terlihat, kadang terjadi aspirasi positif, anestesi lingual dan bibir bawah menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.


Teknik Penyuntikan Anestesi Blok Rahang Bawah

Tahapan penyuntikan anestesi blok Fisher’s adalah :

Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi molar ketiga kemudian digeser ke lateral untuk mencar linea oblique eksterna lalu digeser ke median untuk mencari linea oblique interna melalui trigonum retromolar.



Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarum dimasukkan kira- kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu region premolar sampai terasa kontak dengan tulang.

Syringe kemudian digeser kea rah sisi yang akan dianestesi, harus sejajar dataran oklusal, jarum ditusukkan lebih lanjut sedalam 6mm lalu lakukan aspirasi. Bila aspirasi negative, larutan anestesi lokal dikeluarkan ½ cc untuk menganestesi N. Lingualis.

Syringe digeser lagi kea rah posisi pertama namun tidak peuh, sampai region caninus, kemudian jarum ditusukkan lebih dalam menyusuri tulang kurang lebih 10- 15 mm sampai terasa konta jarum dengan tulang terlepas. Lakukan kebali aspirasi, bila negative, larutan anestetikum dikeluarkan 1cc untuk menganestesi N. Alveolarius inferior.


Teknik modifikasi Fisher :
Setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral (ke daerah trigonum retromolar ), aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Bukalis. Kemudian Spuit
ditarik keluar.


  BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Mulut merupakan salah satu bagian terpenting bagi manusia karena sebagai awal pencernaan makanan. Maka dari itu, perlu adanya perawatan dan pemeriksaan mulut secara rutin.
Maxilla ( Rahang atas ) merupakan tulang yang terbesar dari muka kita. Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang melekat satu sama lain. Sedangkan mandibula ( Rahang bawah ) adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu–satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat di tekan dan di angkat pada waktu membuka dan menutup mulut.
v  ANASTESI BLOK PADA MAKSILLA (RAHANG ATAS)
-          Blok nervus alveolaris superior anterior
-          Blok nervus alveolaris superior posterior
-          Blok nervus intra orbital
-          Blok nervus naso palatines
-          Blok nervus palatinus anterior
v  ANASTESI BLOK PADA MANDIBULA(RAHANG BAWAH)
-          Anastesi blok teknik gow-gates
-          Anastesi blok teknik akinosi

Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan makalah ini.

Daftar Pustaka

http://yukiicettea.blogspot.com/2099/12/pemeriksaan-rongga-mulut.html
Alimatul H, Aziz, 2006, Pengantar kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta, Salemba Medika.
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp,2005,Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia,Jakarta.
Hurford - Clinical Anesthesia Procedures of the Massachusetts General Hospital6th ed
( dikutippadatanggal 4 februari 2011)
  Harry A. Kaiin.ANESTESI BLOK MANDIBULA.Sub. bagian Dental Anestesi, Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung. (dikutippadatanggal4 februari 2011)
  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/anestesi_blok_mandibula.pdf
   revias clinics.blogspot.com (dikutippadatanggal15-8-2010)   
 Purwanto, drg. Petunjukpraktisanestesi local. 2008. Penerbitbukukedokteran. Jakarta: EGC
      Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 2007. Jakarta :Hipokrates

Tidak ada komentar