Home Top Ad

Penyakit Periodontal

Share:
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor biologis, herediter, penyakit sistemik, lingkungan fisik dan sosial, serta perilaku individu. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat adalah penyakit periodontal. Pada pertengahan tahun 1960-an, berbagai metode untuk mencegah dan mengobati penyakit periodontal telah banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah individu yang menderita penyakit periodontal dari tingkat ringan sampai berat, banyaknya kasus penyakit gingivitis yang berlanjut menjadi periodontitis dengan resiko terjadi kehilangan jaringan pendukung gigi, serta kemungkinan individu usia 35-55 tahun beresiko tinggi terkena periodontitis (Costa,2012).
Penyakit periodontal merupakan penyakit dalam rongga mulut yang diderita oleh hampir semua manusia di dunia dan mencapai angka 50% dari jumlah populasi orang dewasa (Newman dkk.,2012). Penyakit periodontal adalah lesi rongga mulut yang menyebabkan daerah penyangga gigi kehilangan struktur kolagennya, dan merupakan respon terhadap akumulasi bakteri pada jaringan periodontal. Apabila penyakit periodontal ini tidak dilakukan perawatan yang tepat, maka dapat menyebabkan kehilangan gigi. Akumulasi bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal (Lumentut,2013). Menurut Newman dkk. (2012), plak mengandung lebih dari 500 spesies bakteri. Oleh karena itu, penyakit periodontal menjadi penyakit yang sulit dicegah dan dirawat (Gehrig dan Willmann,2011).
   Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan pendukung gigi disebabkan oleh aktifitas bakteri dan akumulasi plak. Penyakit periodontal dibagi menjadi dua ketegori yaitu gingivitis dan periodontitis (Nisa, 2011). Prevalensi gingivitis di Indonesia menduduki peringkat kedua yang menunjukkan angka 96,58% dan  di Jawa Tengah sebesar 25,8% (RISKESDAS, 2013). Gingivitis adalah  tahap awal dari perkembangan penyakit periodontal yang banyak dijumpai pada berbagai usia, terjadinya inflamasi meliputi jaringan gingiva disekitar gigi sebagai respon terhadap bakteri dan plak yang akan berlanjut menjadi poket periodontal (Siyam dkk., 2015). Tanda klinis gingivitis yaitu gingiva berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah (Carranza, 2012).
Hasil survey data yang didapatkan oleh penulis di Puskesmas Woha Kabutan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, penyakit yang paling banyak adalah penyakit jaringan periodontal, yang dimana pada bulan Juli 2019 terdapat 280 orang dan pada bulan Agustus 2019 terdapat 201 orang yang mengalami penyakit jaringan periodontal.


B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah yaitu penanganan atau pencegahan terjadinya penyakit periodontal.
C.    TUJUAN
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pencagahan terhadap terjadinya penyakit periodontal.
D.    MANFAAT KEGIATAN
1.      Manfaat bagi sasaran
Manfaat bagi sasaran itu sendiri yaitu untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit periodontal.
2.      Manfaat bagi instansi kesehatan (Puskesmas)
Manfaat bagi instansi yaitu tertanganinya suatu masalah yang terdapat di wilayah kerja dari puskesmas yang merupakan tujuan dari upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang mengenai jaringan periodontal seperti gingiva, sementum, ligamen periodontal, serta tulang alveolar. Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal sejalan dengan bertambahnya umur.

B.     Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi pada gingival tanpa adanya kerusakan perlekatan epitel sebagai dasar sulkus, sehingga epitel tetap melekat pada permukaan gigi di tempat aslinya. Gambaran klinis gingivitis umumnya berupa jaringan gingiva berwarna merah dan lunak, mudah berdarah pada sentuhan ringan, ada perbedaan kontur gingiva, ada plak bahkan kalkulus, tanpa adanya kerusakan puncak alveolar yang dapat diketahui secara radiografis. Gingivitis disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik.
Faktor lokal adalah plak bakteri gigi, yang menyebabkan terjadinya gingivitis kronis sedangkan faktor sistemik adalah gingivitis yang disebakan oleh karena peyakit sistemik. Gingivitis merupakan tahapan awal terjadinya suatu peradangan jaringan pendukung gigi (periodontitis) dan terjadi karena efek jangka panjang  dari penumpukan plak. Gingivitis kronis merupakan suatu kondisi yang umum. Jika di obati, maka prognosis gingivitis adalah baik, namun jika tidak di obati maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis. Gingivitis kronis merupakan suatu penyakit gusi yang timbul secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama. Penderita gingivitis jarang merasakan nyeri atau sakit sehingga hal ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Rasa sakit merupakan salah satu symptom yang membedakan antara gingivitis kronis dengan gingivitis akut.
 
C.    Periodontitis
Periodontitis adalah keradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi, disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligament periodontal, tulang alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau keduanya. Periodontitis berdasarkan gejala klinis gambaran radiografis diklasifikasikan menjadi periodontitis kronis dan periodontitis agresif. Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif berjalan lambat. Penyakit ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Walaupun periodontitis kronis merupakan penyakit yang paling sering diamati pada orang dewasa, periodontitis kronis dapat terjadi pada anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan kalkulus secara kronis.
Periodontitis agresif dikenal juga sebagai early-onset periodontitis. Periodontitis agresif diklasifikasikan sebagai periodontitis agresif lokal dan periodontitis agresif generalis. Periodontitis agresif biasanya mempengaruhi individu sehat yang berusia di bawah 30 tahun. Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada usia serangan, kecepatan progresi penyakit, sifat, dan komposisi mikroflora subgingiva yang menyertai, perubahan dalam respon imun host, serta agregasi familial penderita.

D.    Perbedaan Antara Gingivitis Dan Periodontitis
Gingivitis biasanya mendahului periodontitis. Bagaimanapun, penting untuk mengetahui bahwa tidak semua gingivitis berlanjut ke periodontitis. Pada keadaan awal dari gingivitis, bakteri-bakteri dalam plaque terbentuk, menyebabkan gusi-gusi meradang (merah dan bengkak) dan seringkali dengan mudah berdarah sewaktu menyikat gigi. Meskipun gusi-gusi mungkin teriritasi, gigi-gigi masih dengan kuat tertanam dalam rongga-rongga mereka. Tidak ada kerusakan tulang atau jaringan lain yang tidak dapat dikembalikan telah terjadi pada stadium ini.
Jika gingivitis dibiarkan tidak dirawat, ia dapat berlanjut ke periodontitis. Pada orang dengan periodontitis, lapisan bagian dalam dari gusi dan tulang menjauh dari gigi-gigi dan membentuk kantong-kantong (pockets). Ruang-ruang kecil ini antara gigi-gigi dan gusi-gusi mengumpulkan puing-puing (kotoran) dan dapat menjadi terinfeksi. Sistem imun tubuh melawan bakteri-bakteri ketika plaque menyebar dan tumbuh di bawah garis gusi.
Racun-racun – yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri dalam plaque serta enzim-enzim tubuh yang “baik” yang terlibat dalam memerangi infeksi-infeksi – mulai mengurai tulang dan jaringan penghubung yang memegang gigi-gigi pada tempatnya. Ketika penyakitnya berlanjut, kantong-kantong (pockets) mendalam dan lebih banyak jaringan gusi dan tulang yang dirusak. Ketika ini terjadi, gigi-gigi tidak lagi tertanam pada tempatnya, mereka menjadi lebih kendur, dan kehilangan gigi terjadi. Penyakit gusi, nyatanya, adalah penyebab utama yang memimpin terjadinya kehilangan gigi pada kaum dewasa.

E.     Faktor Penyebab
Penyebab penyakit periodontal multifaktoral dengan kesetaraan dan keterkaitan erat antara faktor lokal, pekerjaan lingkungan, merokok, jenis kelamin, stress dan psikososial. Selain itu tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan rongga mulut, sehingga hal ini menjadi kendala dalam usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut.
1.      Faktor Utama
a.       Plak
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
Faktor lokal yang sering disebut sebagai faktor etiologi dalam penyakit periodontal, antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materi alba, dan debris makanan. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah plak gigi. Semua faktor lokal tersebut diakibatkan karena kurangnya memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Loe dkk (1965) mengadakan penelitian mengenai proses terjadinya gingivitis pada pasien-pasien dengan gingiva sehat. Mereka meminta para pasien ini mengabaikan kebersihan gigi dan mulut dan menelti perubahan perubahan yang terjadi pada mikroflora plak. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara plak dan gingivitis. Gejalak klinis gingivitis mulai terlihat 10-21 hari setelah prosedur pembersihan mulut dihentikan.
Secara klinis juga terbukti bahwa mulut yang berpenyakit periodontal selalu memperlihatkan adanya penimbunan plak yang jauh lebih banyak dari mulut yang sehat. Dengan penelitian kuantitatif ditunjukkan bahwa jumlah plak dalam kalkulus di dalam mulut yang berpenyakit periodontal adalah kurang dari 10 kali lebih banyak daripada di dalam mulut yang sehat.


b.      Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi. Kalkulus merupakan plak terkalsifikasi. Jenis kalkulus di klasifikasikan sebagai supragingiva dan subgingiva berdasarkan relasinya dengan gingival margin.13 Kalkulus supragingiva ialah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan atau bahkan kecoklat-coklatan. Konsistensi kalkulus ini seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skeler. Pembentukan kalkulus tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah plak di dalam mulut,tetapi juga dipengaruhi oleh saliva. Saliva dari kelenjar saliva mengalir melalui permukaan fasial molar atas melalui ductus Stensen sedangakn orifisium ductus Wharton’s dan ductus Bhartolin kosong pada permukaan lingual insisivus bawah dari masing-masing kelenjar submaxillary dan sublingual.
Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada dibawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing dengan eksplorer, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat ke permukaan gigi.
c.       Genetik
Penyakit gusi juga bisa dipicu karena faktor keturunan. Bila kakek, nenek, orangtua, dan saudara kandung Anda mengalami kondisi ini, Anda berisiko tinggi mengalaminya juga.
d.      Usia
Seiring dengan pertambahan usia, gigi geligi menjadi memanjang hal ini menunjukkan bahwa usia dipastikan berhubungan dengan hilangnya perlekatan pada jaringan ikat. Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada gigi geligi yang memanjang sangat berpotensi mengalami kerusakan. Kerusakan ini meliputi periodontitis, trauma mekanik yang kronis yang disebabkan cara menyikat gigi, dan  kerusakan dari faktor iatrogenik yang disebabkan oleh restorasi yang kurang baik atau perawatan scalling and root planing yang berulang-ulang.
2.      Faktor Predisposisi
a.       Kebiasaan
Salah satu penyebab penyakit periodontal yang berkaitan dengan kebiasaan ialah merokok.  Peningkatan prevalensi dengan kerusakan jaringan periodontal berhubungan dengan kebiasaan merokok dimana terjadi interaksi bakteri yang menghasilkan kerusakan jaringan periodontal yang lebih agresif. Ketidakseimbangan antara bakteri dengan  respon jaringan periodontal bisa disebabkan karena perubahan komposisi plak subgingiva yang disertai dengan peningkatan jumlah dan virulensi dari organisme pathogen.
b.      Faktor Iatrogenik
Faktor iatrogenik dari penumpatan  atau protesa terutama adalah berupa lokasi tepi tambalan, spasi antara tepi tambalan dan gigi yang tidak dipresparasi, kontur tambalan, oklusi, materi tambalan, prosedur penambalan, desain protesa lepasan. Tepi tambalan yang overhang menyebabkan keseimbangan ekologi bakteri berubah dan menghambat jalan atau pencapaian pembuangan akumulasi plak. Lokasi tepi tambalan terhadap tepi gingiva serta kekasaran di area subgingival, mahkota dan tambalan yang terlalu cembung, kontur permukaan oklusal seperti ridge dan groove yang tidak baik menyebabkan plak mudah terbentuk dan tertahan, atau bolus makanan terarah langsung ke proksimal sehingga sebagai contoh terjadi impaksi makanan.

F.     Patomekanisme Terjadinya Penyakit Periodontal
1.      Patomekanisme Terjadinya Gingivitis
Karena plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental yang terlindungi, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ke sekitar leher gigi.
Histopatologi dari gingivitis kronis dijabarkan dalam beberapa tahapan: lesi awal timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam waktu 2-3 minggu akan menjadi gingivitis yang cukup parah.
a.       Lesi Awal
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil disebelah apikal dari epitelium jungtional. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan lmfosit T cairan jaringan dan protein serum.
b.      Gingivitis Tahap Awal
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi Polymorphonuclear Neutrophils (PMN). Perubahan yang terjadi baik pada epithelium jungsional maaupun pada epitelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proliferas dari sel basal.
c.       Gingivitis Tahap Lanjut
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah. Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasma terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga dapat ditemukan. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak, dan mudah berdarah.
2.      Patomekanisme Terjadinya Periodontitis
Proses utama yang menyebakan hilangnya perlekatan  dan pembentukan poket:
a.       Plak subgingiva yang meluas ke arah apikal yang menyebabkan junctional epithelium terpisah dari permukaan gigi.
b.      Respon jaringan inflamasi epithelium poket berakibat pada destruksi dari jaringan ikat gingiva, membran periodontal dan tulang alveolar.
c.       Proliferasi di apikal dari junctional epithelium menyebabkan migrasi dari perlekatan epithelium.
d.      Tingkat kerusakan jaringan tidak bersifat konstan, tetapi episodic, sejumlah tipe penyakit dapat terjadi, mulai dari kerusakan slowly progressive hingga aktivitas episodic yang berkembang cepat.

G.    Gejala
1.      Gusi mudah berdarah ketika Anda menyikat gigi atau mengunyah makanan bertekstur keras.
2.      Gusi bengkak berwarna merah terang atau keunguan.
3.      Gusi yang terasa nyeri dan lunak saat diraba dengan lidah atau jari.
4.      Gusi menyusut sehingga membuat gigi terlihat lebih panjang dari biasanya.
5.      Terdapat celah di antara gigi.
6.      Keluar nanah di antara gigi dan gusi; menyebabkan bau mulut dan sensasi tidak sedap dalam mulut.
7.      Bau mulut yang persisten.
8.      Gusi dan gigi terasa sakit ketika mengunyah atau menggigit makanan.
9.      Gigi tanggal atau copot.

H.    Diagnosis
Diagnosis periodontitis dapat ditetapkan setelah melalui pemeriksaan gigi, termasuk memeriksa adanya perdarahan akibat plak, serta mengukur kedalaman celah antara gusi dengan gigi yang melebihi 4 mm. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kerusakan tulang akibat periodontitis, dokter akan menggunakan pemeriksaan foto Rontgen panoramik.

I.       Pencegahan
1.      Rajin menggosok gigi
Supaya penyakit gusi yang Anda alami tidak terlanjur bertambah parah, penting bagi Anda untuk menerapkan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari setelah makan. Pastikan bulu sikat yang Anda gunakan lembut dan punya bagian kepala yang tidak terlalu besar. Dengan begitu, sikat dapat menjangkau hingga ke bagian dalam gigi. Pertimbangkan untuk menggunakan sikat gigi elektrik karena dinilai lebih efektif mengangkat plak dan karang gigi. Bila ingin memakai sikat gigi manual, pastikan juga teknik menyikat gigi Anda sudah benar. Sikatlah gigi Anda dengan gerakan melingkar dari atas ke bawah selama 20 detik pada setiap bagian gigi.
2.      Flossing Gigi
Selain menyikat gigi, Anda juga harus rajin flossing. Flossing adalah teknik membersihkan gigi menggunakan benang. American Dentist Association mengungkapkan bahwa benang gigi dirancang untuk membersihkan celah antar gigi yang susah dijangkau dengan bulu sikat gigi. Namun, hati-hati ketika membersihkan gigi dengan benang. Gesekkan benang secara perlahan dan pastikan benang tidak mengenai gusi. Gesekan atau tarikan benang yang terlalu kencang akan membuat gusi rentan terluka dan berdarah.
3.      Rajin periksa ke dokter gigi
Bila plak sudah berubah menjadi karang gigi, maka rajin sikat gigi saja tidak akan cukup untuk membersihkannya. Anda butuh membersihkan gigi dengan prosedur khusus di dokter gigi. Maka dari itu, setiap orang dewasa pada dasarnya dianjurkan untuk rajin periksa gigi 6 bulan sekali ke dokter gigi. Anak-anak juga demikian. Mereka perlu dikenalkan pentingnya periksa rutin ke dokter gigi sejak dini. Pemantauan secara berkala dapat memudahkan dokter untuk merawat dan mengobati bila sewaktu-waktu Anda mengalami masalah. Check up rutin juga sekaligus efektif untuk mencegah timbulnya berbagai masalah gigi dan mulut lain di kemudian hari.

J.      Pengobatan
1.      Perawatan Non Bedah
a.       Scalling
Scaling merupakan tindakan untuk menghilangkan kalkulus dan bakteri dari permukaan gigi dan di bawah gusi. Hal tersebut dapat dilakukan oleh dokter gigi dengan menggunakan instrumen atau perangkat ultrasonik.
b.      Root Planing
Root planing merupakan tindakan menghaluskan permukaan akar, dan mengecilkan penumpukan kalkulus lebih lanjut.
c.       Antibiotik
Dokter gigi atau dokter gigi spesialis periodonsia mungkin akan meresepkan penggunaan antibiotik topikal atau oral untuk membantu pengendalian infeksi bakteri. Antibiotik topikal umumnya menjadi pengobatan pilihan. Mereka dapat mencakup larutan kumur antibiotik atau penyisipan benang dan gel yang mengandung antibiotik dalam kantong di antara gigi dan gusi. Namun, antibiotik oral mungkin diperlukan untuk sepenuhnya menghilangkan bakteri penyebab infeksi.
2.      Perawatan Bedah
Jika pasien memiliki periodontitis yang mungkin tidak merespon atau tidak membaik dengan perawatan non bedah dan kebersihan mulut yang baik. Pada kasus ini, pengobatan periodontitis mungkin memerlukan operasi gigi.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Prevalensi gingivitis di Indonesia menduduki peringkat kedua yang menunjukkan angka 96,58% dan  di Jawa Tengah sebesar 25,8% (RISKESDAS, 2013), dan data yang di dapatkan oleh penulis pada Puskesmas Woha Kabupaten Bima Provinsi NTB penyakit yang paling banyak adalah penyakit jaringan periodontal, yang dimana pada bulan Juli 2019 terdapat 280 orang dan pada bulan Agustus 2019 terdapat 201 orang yang mengalami penyakit jaringan periodontal.
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang mengenai jaringan periodontal seperti gingiva, sementum, ligamen periodontal, serta tulang alveolar. Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal sejalan dengan bertambahnya umur.

B.     Saran
Diharapkan kepada masyarakat dapat mencaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik agar tidak terjadinya penyakit pada jaringan periodontal.

DAFTAR PUSTAKA

Periodontitis - Symptoms and causes. (2019). Mayo Clinic. Retrieved 25 June 2019, from https://www.mayoclinic.org/diseases conditions/periodontitis/symptoms-causes/syc-20354473
Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carrenza’s Clinical Periodontology 10th ed. Philadelphia : W.B Saunders Company ; 2008, p. 170-2, 174-7

Post a Comment

Tidak ada komentar